Tag Archives: FIFA
FIFA selaku organisasi sepakbola terluhur Tak Berdaya Menghadapi Rasisme
FIFA selaku organisasi sepakbola terluhur Tak Berdaya Menghadapi Rasisme – Awal April 2020, Moise Kean menghebohkan jagat bola. Selain karena gol-gol yang diciptakannya, dia jadi tajuk utama karena Kean dengan berani melawan rasisme yang menimpanya. Pemuda berusia 19 tahun itu “menantang” orang-orang Cagliari yang meledek warna kulitnya lewat gol dan selebrasi: membuka tangannya lebar-lebar, menghadap mereka yang “menyerangnya”, tanpa satu kata pun.
Rasisme memang perlu dilawan. Tak heran aksi Kean itu mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Pasalnya sekarang, rasisme telah menjadi penyakit kronis di sepakbola yang bisa kapan saja menyakiti mereka yang “berbeda”. Semakin banyak pemain yang telah jadi korban rasisme ini.
Korban Rasis Terus Bertambah
Salah satu definisi rasisme, menurut Steve Garner dalam bukunya Racisms: An Introduction, adalah superioritas salah satu ras terhadap ras yang lain, yang dalam hasilnya berupa diskriminasi dan prasangka terhadap orang lain berdasarkan ras atau etnis. Walau begitu, rasisme tidak terpaku pada definisi di atas, jangan lewatkan nonton bola live streaming.
Namun secara garis besar, rasisme adalah salah satu bentuk diskriminasi sosial karena perbedaan ras. Diskriminasi sosial sendiri terbagi ke dalam beberapa objek. Tapi di sepakbola, rasisme adalah jenis diskriminasi yang paling sering terjadi. Para pemain berkulit hitam paling sering menjadi korban.
Kick It Out, sebuah organisasi yang dibentuk untuk melawan diskriminasi di sepakbola, khususnya di Inggris, mencatat korban rasisme di sepakbola terus meningkat. Di Inggris, pada musim 2017/18, terdapat 273 (atau 52,5%, tertinggi, dari total 520 kasus diskriminasi) kasus rasisme jika mengalkulasikan kejadian-kejadian dari sepakbola profesional, amatir, akar rumput, dan perempuan. Angka tersebut meningkat 22% dari 2016/17.
Musim 2018/19 pun tak luput dari kasus rasisme. Dimulai dari apa yang dialami Danny Rose saat membela Timnas Inggris kala menghadapi Montenegro sampai kejadian yang dialami pelatih Ipswich Town U18 dan pemainnya. Mereka “disakiti” karena perbedaan warna kulit.
Perlu diketahui, Kick It Out dibentuk pada 1993. Sudah seperempat abad mereka menjadi lembaga yang berusaha menolong para korban dan menyuarakan kesetaraan selantang-lantangnya. Namun diskriminasi, di mana rasisme merupakan objek terbesar (dibanding keyakinan, homofobia, disabilitas, dan gender), tetap terjadi dan terus bertambah.